Dasar Api Penyucian

Berlangganan Tulisan Terbaru dari Kloter 2000 by Email. Gratis !!! Klik Disini
Sunday, November 21, 2010
bisnis paling gratis

Api Penyucian - Sering kali dipertanyakan kepada orang-orang katolik mengapa mereka berdoa bagi orang mati. Apakah praktek tersebut mempunyai dasar dalam Alkitab? Apakah api penyucian itu?

Berdoa bagi orang mati

Dalam 2 Mak 12:38 -45 diceritakan bagaimana para tentara Yahudi yang tewas dalam perang suci yang dipimpin oleh Yudas Makabe itu kedapatan memiliki jimat-jimat dari berhala kota Yamnia di bawah jubahnya. Hal ini bertentangan dengan hukum Taurat. Menurut kitab Makabe, dosa itulah yang menyebabkan kematian mereka. Maka dari rekan-rekan mereka berdoa bagi mereka “ semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya” (ayat 42).

Juga didalam kitab Sir 7 : 33 dikatakan “ hendaklah kemurahan hatimu meliputi semua orang yang hidup, tetapi orang matipun jangan kau kecualikan pula dari kemurahanmu”.

Hal itu menunjukkan kepercayaan bahwa sesudah mati pun dosa orang dapat diampuni berkat doa-doa dan kurban bagi mereka yang masih hidup. Jadi inilah dasar Alkitabiah dari praktek Gereja Katolik untuk mendoakan orang mati.

Paham Api Penyucian

Paham bahwa sesudah mati dosa-dosa seseorang masih mungkin diampuni tidak hanya disimpulkan dari 2 Mak 12 saja tetapi dari sabda Yesus ini “ Apabila seseorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia. Ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, DI DUNIA INI TIDAK, dan DI DUNIA YANG AKAN DATANG pun tidak”(Matius 12 : 32).

Kesimpulan yang bisa kita tarik dari ayat ini ialah, kalau ada dosa tertentu yang tidak dapat di ampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang, maka ada pula dosa- dosa lain yang bisa diampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang. Kemudian bagaimana dosa-dosa itu diampuni kalau orang masuk surga, tentuny ia tidak lagi mempunyai dosa yang membutuhkan pengampunan. Di surga tidak mungkin ada dosa. Sebaliknya, kalau orang masuk neraka baginya tidak ada lagi kemungkinan untuk masuk surga

(bdk Luk 16 : 19 - 31) , jadi bagaimana mungkin ada dosa-dosa yang bisa diampuni sesudah orang mati sehingga keadaan mereka berubah? Karena keadaan orang yang masuk surga atau neraka sudah definitif (artinya sudah tidak bisa diubah lagi), maka Gereja Katolik berkeyakinan bahwa ada kemungkinan ketiga sesudah orang mati yakni “ api penyucian “.

Kami sarankan baca juga artikel tentang apakah Api penyucian ada dan cerita kisah nyata dari seseorang tentang Api penyucian.


Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja dan Tradisi Suci Gereja

1. Tertullian (160-220), mengajarkan agar para istri mendoakan suaminya yang meninggal dan mendoakannya dengan Misa Kudus, setiap memperingati hari wafat suaminya.

2. St. Cyril dari Yerusalem (315-386) mengajarkan agar kita mempersembahkan permohonan bagi orang-orang yang telah meninggal, dan mempersembahkan kurban Kristus [dalam Misa Kudus] yang menghapus dosa-dosa kita dan mohon belas kasihan Allah kepada mereka dan kita sendiri.

3. St. Yohanes Krisostomus (347-407) mengajarkan agar kita rajin mendoakan jiwa sesama yang sudah meninggal.”Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh Bapanya, bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka.[5]

4. St. Agustinus (354-430) mengajarkan, bahwa hukuman sementara sebagai konsekuensi dari dosa, telah dialami oleh sebagian orang selama masih hidup di dunia ini, namun bagi sebagian orang yang lain, dialami di masa hidup maupun di hidup yang akan datang; namun semua itu dialami sebelum Penghakiman Terakhir. Namun, yang mengalami hukuman sementara setelah kematian, tidak akan mengalami hukuman abadi setelah Penghakiman terakhir tersebut.

5. St. Gregorius Agung (540-604),“Kita harus percaya bahwa sebelum Pengadilan [Terakhir] masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, ‘di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak (Mat 12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, [sedangkan dosa] yang lain di dunia lain.”

6. Konsili Firenze (1439) dan Trente (1563), menjabarkan doktrin tentang Api Penyucian ini.[8] Konsili Firenze menyebutkan, “Dan jika mereka bertobat dan meninggal dalam kasih Tuhan sebelum melunasi penitensi dosa mereka…, jiwa mereka dimurnikan setelah kematian dalam Api Penyucian. Untuk membebaskan mereka, tindakan-tindakan silih (suffragia) dari para beriman yang masih hidup dapat membantu mereka, yaitu: Kurban Misa, doa-doa, derma, dan perbuatan kudus lainnya yang diberikan untuk umat beriman yang lain, sesuai dengan praktek Gereja. Hal demikian dinyatakan kembali dalam Konsili Trente, yang menegaskan keberadaan Api Penyucian, perlunya tindakan-tindakan silih (suffragia) dari para beriman untuk mendoakan jiwa-jiwa yang ada di dalamnya, terutama dengan Misa Kudus. Terkait hal berdoa bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian kami referensikan Anda untuk membaca kisah yang berjudul Persembahan Peseran Seorang Janda.

Terlihat di sini bahwa pengajaran tentang Api Penyucian bukanlah ‘karangan’ manusia, melainkan berdasar pada Kitab suci dan diturun temurunkan dengan setia oleh Gereja. Jika kita manusia harus memilih, tentu lebih ‘enak’ jika tidak ada konsekuensi yang harus kita bayar. Misalnya, pada anggapan: ‘Pokoknya sudah beriman pasti langsung masuk surga. Sekali selamat, pasti selamat.’ Gereja Katolik, yang setia pada pengajaran para rasul, tidak mengajarkan demikian. Walau kita telah menerima rahmat keselamatan melalui Pembaptisan, kita harus menjaga rahmat itu dengan setia menjalani segala perintah Tuhan sampai akhir hidup kita. Jika kenyataannya kita belum sempurna, namun kita sudah ‘keburu’ dipanggil Tuhan, maka ada kesempatan bagi kita untuk disucikan di Api Penyucian, sebelum kita dapat masuk ke surga. Bukankah kita perlu bersyukur untuk hal ini? Sebab jika tidak ada Api Penyucian, betapa sedikitnya orang yang dapat masuk surga!

Jadi, ingatlah ketiga hal ini tentang Api Penyucian

  • Hanya orang yang belum sempurna dalam rahmat yang dapat masuk ke dalam Api Penyucian. Api Penyucian bukan merupakan kesempatan kedua bagi mereka yang meninggal dalam keadaan tidak bertobat dari dosa berat.
  • Api Penyucian ada untuk memurnikan dan memperbaiki. Akibat dari dosa dibersihkan, dan hukuman/ konsekuensi dosa ‘dilunasi’.
  • Api Penyucian itu hanya sementara. Setelah disucikan di sini, jiwa-jiwa dapat masuk surga. Semua yang masuk Api Penyucian ini akan masuk surga. Api Penyucian tidak ada lagi pada akhir jaman, sebab setelah itu yang ada hanya tinggal Surga dan neraka.
Jangan ragu mendoakan jiwa-jiwa yang ada di dalam Api Penyucian
Ayah saya meninggal pada tahun 2003 yang lalu. Saya selalu mengenangnya, terutama akan segala teladan iman dan kasihnya semasa hidupnya. Saya bersyukur bahwa sebelum wafatnya, ia sempat menerima sakramen Pengurapan orang sakit dan menerima Komuni Suci. Sejak saat meninggalnya sampai sekarang, saya mengingatnya dalam doa-doa saya, saat saya mengikuti Misa kudus, dan secara khusus saya mempersembahkan ujud Misa baginya, yaitu pada saat memperingati hari wafatnya, hari arwah, dan hari ulang tahunnya. Saya percaya, bahwa sebagai anggota Tubuh Kristus, maka tidak ada yang dapat memisahkan kami, sebab kami dipersatukan di dalam kasih Kristus. Tentu saya berharap agar ayah saya sudah dibebaskan dari Api Penyucian, dan dengan demikian, Tuhan dapat mengarahkan doa saya untuk menolong jiwa- jiwa yang lain.

Dengan mendoakan mereka yang sudah meninggal, saya diingatkan bahwa suatu saat akan tiba bagi saya sendiri untuk dipanggil Tuhan. Dan saat itu sayapun membutuhkan doa-doa dari saudara/i seiman. Semoga mereka yang telah saya doakan juga akan mendoakan jiwa saya, jika tiba saatnya nanti. Demikianlah, indahnya kesatuan kasih antara umat beriman.

Kita saling mendoakan, bukan karena menganggap kuasa Tuhan kurang ‘ampuh’ untuk membawa kita kepada keselamatan. Melainkan karena kita menjalankan perintah-Nya, yaitu agar kita saling mendoakan dan saling menanggung beban, untuk memenuhi hukum Kristus (Gal 6:2); dan dengan demikian kita mengambil bagian dalam karya keselamatan Tuhan. Sebab di dalam Kristus, kita semua memiliki pengharapan akan kasih Tuhan yang mengatasi segala sesuatu. Maka kita dapat berkata bersama Rasul Paulus, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup… tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8:38-39).

Dapatkan lembaran Doa Bagi Jiwa-Jiwa di Api penyucian atau Lembaran Doa Rosario Kecil bagi Jiwa-Jiwa di Api Penyucian. atau download ebook kesaksian Maria Simma tentang Rahasia jiwa - jiwa di Api Penyucian.

Semoga Bermanfaat.

Silahkan Beri Komentar di kloter 2000 0 comments:

Post a Comment