Pengurapan Orang Sakit Hanya Iman

Berlangganan Tulisan Terbaru dari Kloter 2000 by Email. Gratis !!! Klik Disini
Wednesday, November 3, 2010
bisnis paling gratis

Salah satu dari 7 Sakramen dalam Gereja Katolik adalah Sakramen Pengurapan Orang sakit.

Baru-baru ini, ketika saya terbaring di rumah sakit, seorang wanita datang untuk mendoakan saya, ia juga mengurapi saya dengan minyak yang diberkati. Menurutnya, ia memperoleh wewenang dari “Seksi Kesehatan” paroki untuk melakukan pelayanan ini.

Ketika imam datang untuk memberikan Sakramen Pengurapan, saya mengatakan bahwa saya sudah menerimanya dari seorang wanita. Imam mengatakan bahwa awam tak dapat memberikan pengurapan, jadi saya pikir saya tidak menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Mohon penjelasan.
~ seorang pembaca di Falls Church

Sakramen Pengurapan Orang sakit (dulu dikenal sebagai Sakramen Perminyakan Terakhir) dirayakan hanya oleh imam atau, tentu saja, uskup. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan, “Hanya imam (uskup dan presbiter) adalah pemberi Urapan Orang Sakit” (no 1516). Demikian pula Kitab Hukum Kanonik menegaskan, “Setiap imam, dan hanya imam, dapat melayani pengurapan orang sakit secara sah” (no 1003).

Alasan mengapa sakramen ini hanya boleh dilayani oleh imam adalah karena “pengurapan orang sakit” dan buah-buah rahmat khusus sakramen berkaitan erat dengan Imamat Kristus. Semasa pewartaan-Nya di depan publik, Yesus menyembuhkan banyak orang - yang buta, yang lumpuh, yang kusta, yang bisu dan tuli, yang sakit pendarahan dan yang sekarat.

Penyembuhan-Nya menyentuh baik tubuh dan jiwa. Di sebagian besar kisah mukjizat penyembuhan, si sakit dihantar pada keyakinan iman yang lebih mendalam, dan mereka yang menyaksikannya tahu bahwa “Allah telah melawat umat-Nya” (Luk 7:16). Namun demikian, penyembuhan-penyembuhan ini, merupakan petanda akan kemenangan Kristus atas dosa dan maut melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya Sendiri.

Kristus mempercayakan pelayanan penyembuhan-Nya kepada para rasul. Ia memberikan perintah kepada para rasul-Nya dan mengutus mereka dalam suatu tugas perutusan, “Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka” (Mrk 6:12-13). Dalam peristiwa Kenaikan-Nya, Yesus menggemakan kembali amanat ini kepada para rasul dan memaklumkan bahwa “mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk 16:18).

Pada hari raya Pentakosta, Roh Kudus menganugerahkan karunia-karunia besar kepada Gereja, termasuk karunia untuk menyembuhkan. St Paulus menyatakan, “kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat” (I Kor 12:9-10). Rasul St Yakobus menyampaikan suatu pengajaran yang jelas mengenai Sakramen Pengurapan Orang Sakit, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.

Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak 5:14-15). Pada intinya, Gereja senantiasa memberi perhatian pada perintah Kristus, “Sembuhkanlah orang sakit” (Mat 10:8). (Konsili Trente mengutip ayat-ayat ini dalam menyanggah dakwaan para pemimpin Protestan bahwa Kristus tidak pernah menetapkan sakramen ini dan tidak menyampaikan pelayanan penyembuhan-Nya kepada para imam.)

Sakramen Pengurapan Orang Sakit juga dibatasi hanya boleh dilayani oleh pelayan tertahbis (uskup atau imam), sebab salah satu dari buah-buah rahmat khusus sakramen ini adalah pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menerimanya melalui Sakramen Pengakuan (bdk Katekismus Gereja Katolik, No 1532).

Dengan dasar-dasar seperti disebutkan di atas, seorang awam yang bertindak sebagai pelayan tak lazim Komuni Suci atau “pelayan kesehatan” janganlah pernah memberikan kesan bahwa ia melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Janganlah pernah ia mengurapi seorang dengan minyak, baik yang diberkati ataupun tidak, yang membangkitkan kesan bahwa ia mengurapi orang tersebut dengan Minyak Orang Sakit (Oleum Infirmorum), yang dipergunakan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

Janganlah pernah kita menyesatkan orang, walau tanpa sengaja, membuatnya menyangka bahwa ia telah menerima buah-buah rahmat khusus dari sakramen penyembuhan yang amat penting ini, padahal sesungguhnya tidak. Jiwa orang dapat celaka karena tindakan simbolik serupa pengurapan, yang tak mendatangkan rahmat apapun.

Patutlah kita berhati-hati untuk tidak pernah melakukan sesuatupun yang dapat disalahtafsirkan sebagai pelayanan sakramen. Apabila orang yang kita kasihi sakit parah atau menghadapi ajal, segeralah panggil imam; hanya imam saja yang dapat melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit, yang mendatangkan buah-buah rahmat berlimpah bagi penyembuhan baik tubuh maupun jiwa.      

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College.
sumber : “Straight Answers: Anointing of the Sick” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2002 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Silahkan Beri Komentar di kloter 2000 0 comments:

Post a Comment