MT : Mzm 34:8-13
Bacaan Injil : Mat 6:24-34
Saudara-saudari yang baik, manakah yang lebih mudah kita lakukan: mengakui kelemahan yang ada di dalam diri atau menyatakan kelebihan/keunggulan yang ada dalam diri. Kebanyakkan orang pasti akan menyatakan kelebihan/kelebihan yang ada di dalam diri.
Kebiasaan untuk menyatakan kelebihan atau keunggulan oleh seseorang adalah hasil dari kuasa zaman sekarang. Mengapa? Karena pada dasarnya, di zaman sekarang, setiap orang memang dituntut mempunyai keunggulan dalam dirinya. Pendidikan dituntut mencetak orang yang unggul di bidangnya. Dalam dunia usaha orang juga harus bersaing. Persaingan menuntut keunggulan dari yang lain. Jika seseorang tidak mempunyai kelebihan lebih dari yang lain, maka orang tersebut akan tersisih. Ia kalah dalam persaingan.
Kebiasaan untuk menyatakan kelebihan atau keunggulan oleh seseorang adalah hasil dari kuasa zaman sekarang. Mengapa? Karena pada dasarnya, di zaman sekarang, setiap orang memang dituntut mempunyai keunggulan dalam dirinya. Pendidikan dituntut mencetak orang yang unggul di bidangnya. Dalam dunia usaha orang juga harus bersaing. Persaingan menuntut keunggulan dari yang lain. Jika seseorang tidak mempunyai kelebihan lebih dari yang lain, maka orang tersebut akan tersisih. Ia kalah dalam persaingan.
Saudara-saudari yang baik, hari ini Paulus memberikan pernyataan yang kebalikan dari kata kelebihan, atau keunggulan. Paulus tentunya sadar bahwa ia sebenarnya mempunyai kelebihan, keunggulan dari murid-murid yang lain, karena ia pernah bertemu dengan Yesus sendiri. Bahwa ia ditunjuk secara langsung oleh Yesus menjadi pewarta bagi bangsa-bangsa di luar Yahudi.
Namun Paulus tidak membanggakan kelebihannya itu, justru ia menyatakan ada kelemahan dalam dirinya. Ia menyadari bahwa ada kekuatan yang mengancam dirinya, yang dapat menjauhkan dia dari Allah. Kesadaran akan kelemahannya itu justru membuat Paulus senantiasa waspada dan meningkatan kekuatan imannya pada Allah.(Baca Awas Popularitas) “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”(2Kor 12:10). Allah sudah memberikan kasih bagi kita untuk mengatasi kelemahan kita, asal kita senantiasa mau meningkatkan hidup iman kita pada-Nya. "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2Kor 12:9).
Namun Paulus tidak membanggakan kelebihannya itu, justru ia menyatakan ada kelemahan dalam dirinya. Ia menyadari bahwa ada kekuatan yang mengancam dirinya, yang dapat menjauhkan dia dari Allah. Kesadaran akan kelemahannya itu justru membuat Paulus senantiasa waspada dan meningkatan kekuatan imannya pada Allah.(Baca Awas Popularitas) “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”(2Kor 12:10). Allah sudah memberikan kasih bagi kita untuk mengatasi kelemahan kita, asal kita senantiasa mau meningkatkan hidup iman kita pada-Nya. "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2Kor 12:9).
Saudara-saudari yang baik, lalu apakah kita harus hidup dalam kelemahan? Tentunya tidak. Bukan itu maksudnya. Maksudnya adalah bahwa hendaknya kita jangan menjadi sombong akan kelebihan atau keunggulan kita. Kita harus menyadari bahwa kita punya kelemahan. Salah satu kelemahan kita justru kesombongan akan keunggulan diri. Maka mari kita tingkatkan kerendahan hati. Rendah hati adalah salah satu nilai keutamaan kristiani. Itulah yang juga ditunjukkan oleh Yesus pada kita.
Vivat Cor Iesu
Rm. F.A. Adi Purnama, SCJ
17 Juni 2011
Silahkan Beri Komentar di kloter 2000 0 comments:
Post a Comment